Minggu, 13 Februari 2011

JALAN - JALAN PESERTA ANIMASI EXPO 2011


SEKILAS TENTANG SULAWESI SELATAN
Sulawesi yang dulunya dikenal dengan nama Celebes adalah sebuah pulau yang indah. Luas wilayahnya 45.764,53 Km2 dan terletak antara 0012’ – 80 Lintang Selatan 116048’ – 122036’ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah Utara dan Teluk Bone serta Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Timur. Batas sebelah Barat masing-masing adalah Selat Makassar, dan Laut Flores disebelah Selatan.
Secara administratif pemerintahan, Provinsi Sulawesi Selatan terbagi menjadi 21 Kabupaten, 3 Kota dan terdiri dari 303 Kecamatan serta 2.946 Desa/Kelurahan. Pulau ini merupakan pulau dengan pemandangan lepas pantai dan dataran tinggi yang sangat indah. Secara geografis, Selat Makassar dikenal sebagai perbatasan garis Wallace, yang membagi 2 macam fauna, antara bagian timur dan barat Indonesia, dimana terdapat flora dan fauna spesifik seperti Kayu Hitam, Babi Rusa dan Anoa.
Pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak 30.000 tahun yang lalu, hal ini terbukti dari tanda yang ditemukan pada Gua-Gua yang terletak didekat bukit berbatu gamping yang tak jauh dari kota Maros atau kira-kira 30 Km sebelah Tenggara Makassar. Ada kemungkinan peradaban kuno di pulau ini adalah Lembah Walanae, sebuah daerah diantara Soppeng dan Wajo dimana perkakas dibuat dari lapisan atas dan kerikil atau alat serpih ditemukan fosil dari spesies babi, rusa dan gajah juga ditemukan disekitar daerah ini. Selama zaman yang makmur dengan perdagangan rempah-rempah pada Abad 15 sampai 19, Sulawesi Selatan memainkan peran yang penting sebagai gerbang ke Pulau Maluku yang kaya dengan rempah-rempahnya. Kerajaan besar Makassar (Gowa) dan Bone seperti yang disebutkan dalam Sejarah Indonesia Timur yang sangat dikenal.
Sulawesi Selatan di huni suku yang terbesar yaitu, Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Masyarakat dari 3 suku pertama diatas dikenal sebagai Pelaut yang Patriotik dan Pemberani sebelum dan sesudah perang berlangsung, dengan Perahu Layar Tradisional ,mereka berlayar mengarungi berbagai laut di Indonesia, menuju bagian Utara Australia, beberapa pulau di Samudra Pasifik dan Afrika.Khususnya masyarakat Toraja, dikenal dengan kebudayaannya yang spesifik, hal ini dapat dilihat pada upacara kematian, rumah-rumah tradisional dengan atap melengkung dan ukiran-ukiran indah dengan warna natural.
Secara geografis, masa sejarah dan prasejarah Sulawesi Selatan menciptakan unsur kebudayaan yang sangat menarik, ini dapat dilihat dan dinikmati keunikan kebudayaan tersebut seperti Upacara Adat, Tarian-tarian Tradisional, Ukiran, Tenunan yang indah yang terbuat dari Sutra dan Kapas serta pemandangan alam tropis yang mempesona.
Provinsi Sulawesi Selatan yang berpenduduk + 7.675.893 jiwa yang tersebar di 24 Kabupaten/Kota, yaitu Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu, Tana Toraja, Tora Utara Luwu Utara, Luwu Timur, Makassar, Pare-Pare dan Palopo.


SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA MAKASSAR
Awal Kota dan bandar makassar berada di muara sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumber-sumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu awalnya berada dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene, akan tetapi pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri dari kerajaan Siang, yang bahkan menyerang dan menaklukan kerajaan-kerajaan sekitarnya. Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga bandarnya dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar. Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang (dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar dunia Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utamanya, Belanda, baru mencapai sekitar 60.000 orang) yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan bandar Makasar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan¬-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu. Pusat utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugal pada tahun 1511, demikian di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotak-kotakan dengan kerajaan Mataram. Bahkan ketika Malaka diambil-alih oleh Kompeni Dagang Belanda VOC pada tahun 1641, sekian banyak pedagang Portugis ikut berpindah ke Makassar.


Sampai pada pertengahan pertama abad ke-17, Makassar berupaya merentangkan kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan menaklukkan Pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara serta mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram dan pulau-pulau lain di Maluku. Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam Dunia Islam, Sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan¬-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah
Hubungan Makassar dengan Dunia Islam diawali dengan kehadiran Abdul Ma'mur Khatib Tunggal atau Dato' Ri Bandang yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat yang tiba di Tallo (sekarang Makassar) pada bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I¬MANGNGARANGI DAENG MANRABIA dengan gelar SULTAN ALAUDDIN (memerintah 1593-1639), dan dengan Mangkubumi I- MALLINGKAANG DAENG
MANYONRI KARAENG KATANGKA yang juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini, yang mulai memeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9 Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, diadakanlah sembahyang Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi penduduk Kerajaan Gowa-Tallo tetah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan sembahyang Jum’at di Mesjid Mangallekana di Somba Opu. Tanggal inilah yang selanjutnya diperingati sebagai hari jadi kota Makassar sejak tahun 2000, yang sebelumnya hari jadi kota Makassar jatuh pada tanggal 1 April. 
Bagi Sulawesi Selatan, kejatuhan Makassar di tangan federasi itu merupakan sebuah titik balik yang berarti Bandar Niaga Makassar menjadi wilayah kekuasaan VOC, dan beberapa pasal perjanjian perdamaian membatasi dengan ketat kegiatan pelayaran antar-pulau Gowa-Tallo dan sekutunya. Pelabuhan Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga komunitas saudagar hijrah ke pelabuhan-pelabuhan lain.
Pada beberapa dekade pertama setelah pemusnahan kota dan bandar Makassar, penduduk yang tersisa membangun sebuah pemukiman baru di sebelah utara bekas Benteng Ujung Pandang; benteng pertahanan pinggir utara kota lama itu pada tahun 1673 ditata ulang oleh VOC sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan dan diberi nama barunya Fort Rotterdam, dan 'kota baru' yang mulai tumbuh di sekelilingnya itu dinamakan 'Vlaardingen'. Pemukiman itu jauh lebih kecil daripada Kota Raya Makassar yang telah dihancurkan.
Setetah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater menjadi kembali suatu bandar internasional. Dengan semakin berputarnya roda perekonornian Makassar, jumlah penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa
pada awal abad berikutnya. Makassar abad ke-19 itu dijuluki "kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda" (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Potandia terkenal),dan menjadi salah satu port of call utama bagi baik para pelaut-pedagang Eropa, India dan Arab dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.  
Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah¬daerah independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Tiga-setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian di bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama yang pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya berkembang dengan pesat. Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua penjuru. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah kota yang menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kosmopolitan.
Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indo¬nesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya pada tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir tahun 1950-an menjadi¬kannya kembali sebuah kota provinsi. Bahkan, sifat asli Makassar-pun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca¬ revolusi. Antara tahun 1930-an sampai tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada tahun 1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 27.577Ha
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².


OBJEK WISATA & TEMPAT - TEMPAT BERSEJARAH
DI KOTA MAKASSAR

1.       BENTENG FORT ROTTERDAM

Benteng Fort Rotterdam yang juga dikenal dengan Benteng Ujung Pandang, merupakan artefak sejarah dari kebesaran kerajaan masa lampau di Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa merupakan kerajaan terkuat dan tergantung selama abad ke 17. sepanjang masa tersebut, makassar terkenal dengan kota perdagangan. 
Dilihat dari laut, kerajaan Makassar sepanjang periode tersebut merupakan area yang dibentengi sepenuhnya. Kerajaan ini memiliki 17 benteng yang menjaga atau melindungi kota dan area sekitarnya Pada tahun 1669 ketika Gowa berada di bawah kekuasaan pemerintahan Belanda, semua benteng kecuali benteng Ujung Pandang dihancurkan. Dua tahun kemudian, benteng Somba Opu dihancurkan secara keseluruhan oleh Pemerintahan Belanda.
Benteng Ujung Pandang dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke IX. Beliau dikenal dengan nama I Marigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, juga dikenal dengan nama Karaeng Turipallangga Ulaweng. Bentuk dasar benteng ini adalah segi empat dengan gaya arsitektur portugis. Bahannya terbuat dari tanah liat, mengikuti model benteng Eropa selama abad 12 dan 17, dengan bagian tambahan yang dipasang pada bentuk dasar benteng ini, menjadikannya menyerupai seekor kura-kura. Beberapa sumber menyatakan bahwa bentuk kura-kura tersebut mencerminkan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan maritime dan benteng berperan sebagai pelindung kota.
Selama pemerintahan kolonialisme Belanda, benteng tersebut dibangun kembali dan diberi nama “ Benteng Rotterdam”. Sepanjang periode tersebut, benteng dan area sekitarnya mulai menjadi pusat pemerintahan dan kegiatan komersil. Sepajang kolonialisme Jepang benteng tersebut difungsikan sebagaipusat pertanian dan pendidikan bahasa.
Saat ini, bangunan-bangunan yang terdapat didalam benteng digunakan sebagai Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, pusat kebudayaan, dan juga museum umum. Museum ini memajang dan merawat berbagai objek histories, seperti naskah, patung, keramik, dan pakaina tradisional serta objek kebudayaan lainnya dari sebagian besar suku bangsa di Sulawesi Selatan.
2.       MONUMEN MANDALA

Monumen ini dibangun untuk memperingati dan menjadikan pedoman nilai-nilai kepahlawanan Indonesia, terutama dalam usaha memperebutkan Irian Barat dari tangan bangsa kolonial pada tahun 1996. monumen ini akan dilengkapi lebih lanjut dengan bangunan secukupnya sebagai pusat hiburan kebudayaan Indonesia Bagian Timur.

3.       BENTENG SOMBA OPU

Benteng Somba Opu memegang posisi yang sama dengan Benteng Rotterdam. Keduanya merupakan warisan dari kerajaan-kerajaan yang kuat dan gagah berani di Sulawesi Selatan. Benteng Somba Opu saat ini sedang dalam Proses Renovasi. Benteng Somba Opu juga dilengkapi dengan museum.

4.       MAKAM SYEH YUSUF
Syeh yusuf adalah salah seorang pahlawan muslim yang terkenal. Beliau dikenal luas oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai “Tanta Salamaka”. Makamnya dikenal dengan nama “Kabbang”. Beliau seorang yang berwawasan luas yang aktif memperkenalkan dan menyiarkan ajaran islam di beberapa Negara. Anehnya, makam beliau ditemukan di Afrika Selatan. Seylon (Srilanka), Banten (Indonesia), dan Gowa (Indonesia). Makam beliau (Kabbang) terletak di Katangka yang berbatasan dengan Makassar. Hampir setiap hari makamnya dikunjungi untuk bersiarah dengan tujuan yang berbeda-beda.
5.       MASJID TUA KATANGKA
Masjid Tua Katangka terletak tidak jauh dari makam Syeh Yusuf dan Makam Sultan Hasanuddin. Masjid ini dibangun oleh Raja Gowa ke XIV, yang bernama Imangngerangi Daeng Manrabia Alauddin, dan dipugar pada tahun 1978. disekitar masjid anda dapat mudah melihat makam raja-raja terdahulu, yang sempat berkuasa dibeberapa daerah seperti Luwu, Bone dan Gowa.
6.       MAKAM PAHLAWAN NASIONAL  SULTAN HASANUDDIN
Sultan Hasanuddin (1629 – 1679). Beliau adalah Raja Gowa yang mengabdikan hidupnya untuk berperang melawan Belanda. Makam beliau berada di antara makam-makam raja-raja lainnya. Makam bagi raja yang kenamaan terbuat dari batu yang besar.
Dari seluruh makam di pemakaman ini, makam Sultan Hasanuddin merupakan yang terbesar. Seluruh makam para raja berada diantara pohon Kamboja yang semarak dan Flamboyan merah tua. Diluar perbatasan kuburan, sebuah batu besar yang dikatakan sebagai tempat pertama kali ditemukannya apa yang disebut Tomanurung. Tempat ini kemudian dianggap sebagai tempat dilantiknya Raja-raja Gowa.
7.       ISLAMIC CENTER
Al-Markas Al-Islami (Islamic Center) adalah masjid dan auditorium termewah di asia, dan Masjid terbesar di Indonesia Timur.

Al-Markas Al-Islami dibangun di atas area seluas 10 hektar pada pusat keramaian Kota Makassar. Pusat peribadatan ini nampak dominant sesuai dengan ukuran dan bentuknya yang indah. Hal tersebut mencerminkan pengintegrasian nilai-nilai islam, diwarnai dengan kebudayaan lokal dan modern sebagai simbol identitas lokal serta kebanggaan.

8.       PELABUHAN PAOTERE
Suku Bugis, Makassar dan Mandar terkenal sebagai suku dengan pelaut-pelautnya yang tangguh dan gagah berani. Perahu layer mereka sejak ratusan tahun yang lalu telah berlayar ke pulau Madagaskar mendekati Afrika, Australia dan beberapa pulau kecil lainnya di samudera pasifik. Ketika berlayar, mereka menentukan arah tujuan mereka dengan mempercayakan pada bintang. Dalam memprediksi cuaca, secara sederhana mereka melihat pada fenomena alam yang alami, seperti awan, juga untuk mengetahui kedalaman dan daerah karang laut, mereka dengan mudah akan mengetahuinya melalui menghirup cuaca.
Paotere (Pelabuhan Tradisional) merupakan tempat persinggahan Kapal Layar masyarakat Sulawesi yang datang dari berbagai wilayah Indonesia. Terdapat berbagai macam kapal layar dalam gaya dan bentuknya.

9.       PANTAI LOSARI
Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar. Pantai ini menjadi tempat bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah.
Dahulu, pantai ini dikenal dengan pusat makanan laut dan ikan bakar di malam hari (karena para penjual dan pedagang hanya beroperasi pada malam hari), serta disebut-sebut sebagai warung terpanjang di dunia (karena warung-warung tenda berjejer di sepanjang pantai yang panjangnya kurang lebih satu kilometer).
Salah satu penganan khas Makassar yang dijajak di warung-warung tenda itu adalah pisang epe (pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih, dan dicampur dengan air gula merah. Paling enak dimakan saat masih hangat). Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah dipindahkan pada sebuah tempat di depan rumah jabatan Walikota Makassar yang juga masih berada di sekitar Pantai Losari. Pada sore hari, semua orang bisa menikmati proses atau detik-detik tenggelamnya matahari (sunset).



10.    SEA RECREATION ( PERJALANAN WISATA BAHARI )
- Pulau Kayangan Jarak lokasi 2,5 mil (bisa dicapai 45 menit), Letak lokasi : Jl. Ujung Pandang, Kecamatan Ujung Pandang, Daya tarik untuk: berenang dan diving, panorama matahari terbenam, olah raga air, musik & pertunjukan, permainan anak-anak, akuarium
- Pulau Kodingareng Jarak lokasi 5 mil (60 menit), Letak lokasi : Kecamatan Ujung Tanah, Daya tarik diving, menemukan batu kayu, ikan hias, peninggalan Jepang
- Pulau Barrang Lompo, Jarak lokasi 7 mil (1 jam 30 menit), Letak lokasi di Kecamatan Ujung Tanah, Daya tarik : berenang, oseanorium, peninggalan Jepang
- Pulau Barrang Caddi, Jarak lokasi : 6 mil (1jam 15 menit), Letak lokasi Kecamatan Ujung Tanah Daya tarik berenang dan diving, oseanorium, peninggalan Jepang
- Tanjung Bunga ( Pantai Akkarena ), Jarak lokasi sekitar 3 kilometer (10 menit), Letak lokasi Kecamatan Tamalate, Daya tarik jet ski, atraksi hobbies, outbond, dll…
- Tanjung Merdeka, Jarak lokasi 3 kilometer (15 menit), Letak lokasi Kecamatan. Tamalate, Daya tarik volley pantai, memancing
- Pulau Lae-lae, Jarak lokasi : 1 mil (15 menit), Letak lokasi di Kec.amatan Ujung Pandang, Daya tarik pemandangan laut, panorama matahari terbenam, berenang, olah raga air - Pulau Lanjukang, Jarak lokasi sekitar 9 mil (1jam 45 menit), Letak lokasi Kecamatan Ujung Tanah
- Pulau Kodingareng Keke, Jarak lokasi sekitar 5 mil (60 menit), Letak lokasi di Kecamatan Ujung Tanah, Daya tarik untuk kegiatan menyelam, berenang, kerajinan kerang-kerangan



PEMBANGUNAN KOTA MAKASSAR MENUJU KOTA DUNIA

“ VISIT MAKASSAR 2011 ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang